Powered By Blogger

Sabtu, 16 Oktober 2010

Sejarah Zaman Pra-Aksara

A.Tradisi Sejarah Masyarakat Pra-Aksara
Masa pra-aksara untuk masing-masing negeri tidak sama. Misalnya, bangsa Mesir telah mengakhiri masa pra-aksara sekitar tahun 4.000 SM, bangsa Phunisia di pulau Kreta mengakhiri masa pra-aksara sekitar tahun 2.500 SM, dan masa pra-aksara bangsa Indonesia baru berakhir pada abad ke-4 Masehi.
Sumber-sumber sejarah yang ditemukan atau sampai ke tangan para sejarawan atau peneliti sejarah tidak secara otomatis dapat memberikan informasi yang sebenarnya dan yang diperlukan tentang peristiwa lampau tersebut. Oleh karena itu, para sejarawan berusaha menafsirkan dan menceriterakan peristiwa masa lampau itu secara benar. Sebelum upaya penafsiran dilakukan, seorang ahli sejarah harus memastikan kebenaran sumber sejarah yang dikajinya. Apakah sumber sejarah yang sampai ke tangan para ahli sejarah benar-benar asli dari zaman yang dimaksud? Apakah sumber sejarah yang sampai ke tangan para ahli sejarah dapat dipercaya kebenarannya? Usaha para ahli sejarah makin sulit apabila masyarakat yang hendak diceriterakan belum mengenal tulisan. Dengan demikian, usaha mendeskripsikan atau merekonstruksi kehidupan masyarakat pra-aksara merupakan pekerjaan yang sulit.

1.Cara Masyarakat Pra-Aksara Mewariskan Masa Lalunya
Tidak semua kejadian di masa lampau dapat diketahui oleh manusia yang hidup saat ini. Bahkan dapat dikatakan hanya sebagian ang sangat kecil saja ang diketahui manusia sekarang. Hal itu disebabkan banyak hal, diantaranya adalah jangkauan waktunya yang terlalu jauh dari masa sekarang dan terbatasnya sumber sejarah yang dapat dipakai sebagai bukti untuk mengungkap peristiwa masa lalu. Semua itu menunjukkan betapa rumitnya menggali sejarah masa lampau. Terlebih jika itu menyangkut kehidupan masyarakat manusia pada zaman prasejarah beserta aspek-aspek kebudayaannya.
Dari keterbatasan-keterbatasan tersebut, kegiatan penelitian sejarah baik yang dilakukan oleh sejarawan, mahasiswa sejarah, maupun orang-orang tertentu yang memiliki ketertarikan pada studi sejarah adalah kegiatan penting yang bisa mengungkap atau memperoleh gambaran peristiwa masa lalu.




Untuk mengetahui bagaimana kehidupan masyarakat prasejarah, ada beberapa hal yang bisa dijadikan sebagai sumber untuk penggambarannya. Atau dengan kata lain, masyarakat prasejarah baik sengaja maupun tidak, telah meninggalkan berbagai peninggalan yang dari peninggalan tersebut kita bisa memperoleh informasi atau memperoleh gambaran tentang kehidupan masyarakat prasejarah tersebut.
Mengingat masyarakat pra-aksara tidak meninggalkan sumber lisan dan sumber tertulis, maka untuk mendeskripsikan kehidupan pada masa pra-aksara digunakan sumber benda. Para ahli mengamati secara seksama benda-benda peninggalan dan menafsirkan tentang kehidupan masyarakat pra-aksara. Oleh karena itu, para ahli tidak dapat mengungkap secara lengkap tentang kehidupan masyarakat pra-aksara. Namun, para ahli telah memberikan sumbangan yang berarti karena telah berusaha menggambarkan kehidupan masyarakat pra-aksara yang paling mendekati kenyataan.

Cara Masyarakat Masa Pra Aksara Mewariskan Sejarah

Masyarakat Indonesia memiliki cara yang unik dalam mengabadikan pengalaman hidupnya. Bagi masyarakat masa pra-aksara, mengabadikan sejarah kehidupannya melalui tradisi lisan. Sedangkan masyarakat masa aksara atau sudah mengenal tulisan, sejarahnya diabadikan dalam bentuk naskah yang ditulis dengan berbagai bahasa, khususnya bahasa daerah. Pada bab kedua ini, kalian akan mempelajari kebiasaan atau tradisi masyarakat masa pra-aksara dalam mengabadikan pengalaman hidupnya dan jenis-jenis tradisi lisan yang berkembang di masyarakat Indonesia. Selain itu, kajian juga mempelajari tradisi masyarakat masa aksara untuk mengabadikan perjalanan hidupnya. Diharapkan dengan mempelajari materi tersebut, kalian dapat menghargai dan melestarikan berbagai tradisi lisan dan tulisan yang dijadikan sebagai asset sejarah bangsa Indonesia.
Pada masyarakat yang belum mengenal tulisan, memiliki cara yang berbeda dengan masyarakat yang sudah mengenal tulisan, dalam menjelaskan peristiwa-peristiwa yang mereka anggap penting. Peristiwaperistiwa penting itu dapat berupa peristiwa-peristiwa alam, seperti gunung meletus, gempa bumi, banjir, asal-usul suatu tempat, dan lain-lain. Selain peristiwa alam, ada pula peristiwa yang terjadi dalam lingkungan sosial kehidupan manusia itu sendiri seperti asal-usul kelompok masyarakatnya, peperangan, peran seorang tokoh, dan lain-lain. Peristiwa-peristiwa pada masyarakat yang belum mengenal tulisan tidak meninggalkan bukti-bukti tertulis. Jika menjelaskan suatu asal-usul tempat, maka yang dijadikan bukti hanya bukti benda atau artefak dari benda itu sendiri. Penjelasan terhadap asal-usul suatu tempat itu lebih banyak berupa cerita lisan.
Dalam masyarakat yang belum mengenal tulisan terdapat upaya untuk mengabadikan pengalaman masa lalunya melalui cerita yang disampaikan secara lisan dan terus-menerus diwariskan dari generasi ke generasi. Pewarisan ini dilakukan dengan tujuan masyarakat yang menjadi generasi berikutnya memiliki rasa kepemilikan atau mencintai cerita masa lalunya. Bahkan masa lalunya harus diyakini sehingga menjadi kepercayaan yang harus dipegang teguh. Masa lalu merupakan suatu pengajaran yang berharga bagi kehidupannya.
Bagi masyarakat yang belum mengenal tulisan, pengalaman masa lalu berfungsi bukan hanya sebagai pengetahuan belaka, akan tetapi berfungsi pula sebagai pegangan atau pedoman bagi kehidupannya. Tradisi lisan merupakan cara mewariskan sejarah pada masyarakat yang belum mengenal tulisan, dalam bentuk pesan-pesan verbal yang berupa pernyataan-pernyataan yang pernah dibuat di masa lampau oleh generasi yang hidup sebelum generasi yang sekarang ini. Ada beberapa hal yang menjadi ciri dari tradisi lisan, yaitu pertama menyangkut pesan-pesan yang berupa pernyataan-pernyataan lisan yang diucapkan, dinyanyikan atau disampaikan lewat musik.
Kedua, tradisi lisan berasal dari generasi sebelum generasi sekarang, paling sedikit satu generasi sebelumnya. Berbeda halnya dengan sejarah lisan (oral history), disusun bukan dari generasi sebelumnya tapi disusun oleh generasi sejaman. Asal tradisi lisan dari generasi sebelumnya karena memiliki fungsi pewarisan, sedangkan di dalam sejarah lisan tidak ada upaya untuk pewarisan. Sebelum kalian mempelajari materi mengenai Foklor, Mitologi, Dogeng, Upacara dan Lagu, coba kalian cari kata-kata dalam kotak di bawah ini yang berhubungan dengan materi yang akan dibahas. Suripan Sadi Hutomo (1991) juga menjelaskan bahwa tradisi lisan mencakup beberapa hal, yaitu:
1. Kesusastraan lisan,
2. Teknologi tradisional,
3. Pengetahuan folk di luar pusat-pusat istana dan kota metropolitan,
4. Unsur-unsur religi dan kepercayaan folk di luar batas formal agama-agama besar,
5. Kesenian folk di luar pusat-pusat istana dan kota metropolitan,
6. Hukum adat.
Menurut Edy Sedyawati dalam Muslihah (2002), tradisi lisan adalah segala wacana yang disampaikan secara lisan, mengikuti tata cara atau adat istiadat yang telah memola dalam suatu masyarakat. Kandungan isi wacana tersebut dapat meliputi berbagai hal seperti: berbagai jenis cerita atau pun berbagai jenis ungkapan seremonial dan ritual. Cerita-cerita yang disampaikan secara lisan itu bervariasi dari uraian genealogi, mitos, legenda hingga keberbagai cerita kepahlawanan.
Suripan Sadi Hutomo (1991) mengemukakan ciri-ciri mengenai tradisi lisan, seperti yang terlihat pada bagan di bawah ini:





Tradisi lisan digunakan oleh masyarakat yang belum mengenal tulisan dalam merekam dan mewariskan pengalaman masa lalu dari masyarakatnya. Perekaman dan pewarisan masa lalu menjadi kebudayaan yang dimiliki oleh pendukung tradisi tersebut. Sebagai suatu aspek budaya, maka kepentingan untuk menjelaskan atau memahami lingkungan sekitar itu adalah sekaligus sebagai usaha memberi pegangan pada masyarakat terutama generasi berikutnya dalam menghadapi berbagai kemungkinan dari lingkungan itu. Di sini tradisi lisan berfungsi sebagai alat ¨emonik¨ yaitu usaha untuk merekam, menyusun dan menyimpan pengetahuan demi pengajaran dan pewarisannya dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar