Powered By Blogger

Sabtu, 16 Oktober 2010

Budaya Melayu 2

Bagi masyarakat Melayu Riau, penggunaan busana dan kelengkapannya sangat tergantung pada si pemakai. Pakaian sehari¬hari baik untuk di rumah atau di luar rumah berbeda dengan busana dan kelengkapannya untuk peristiwa khusus seperti upacara atau perjamuan resmi. Dalam kehidupan sehari-hari, kaum pria dan wanita di Riau biasa mengenakan baju kurung yang disebut baju gunting cina. Busana ini umumnya dipakai ketika badan sudah bersih dan akan menunaikan shalat atau hendak menerima tamu yang berkunjung kerumahnya.
Kaum pria biasa menggunakan tutup kepala yang disebut kopiah atau songkok, sedangkan kaum wanitanya menutup kepala dengan sepotong kain yang berupa selendang. Selain memakai selendang untuk menutup kepala, sering pula digunakan kain tudung kepala. Meski fungsinya sama, akan tetapi kain tudung kepala menutupi hampir seluruh tubuh pemakainya. Sandal atau kasut merupakan alas kaki yang lazim dipakai oleh kaum wanita dan pria Riau. Pada kesempatan yang lebih formal atau ketika menghadiri upacara, kaum wanita Riau umumnya memakai baju kurung satu sut. Biasanya busana macam ini bahannya terbuat dari kain songket, satin atau sutera. Selendang tidak mutlak dipakai. Namun jika akan memakai selendang warnanya harus disesuaikan dengan warna baju kurung. Penggunaan selendang biasanya dipadukan dengan baju kebaya pendek.
Untuk menghadiri acara formal, kaum wanita di Riau juga memakai perhiasan yang terdiri dari kalung, anting-anting, gelang tangan, cincin yang terbuat dari emas. Adakalanya perhiasan tersebut terbuat dari bahan suasa, namun pemakainya terbatas pada kalangan rakyat kebanyakan. Dalam pandangan masyarakat Riau, semakin banyak perhiasan yang dipakai seseorang ia akan semakin disegani dan dikagumi. Berbeda dengan busana kaum pria, kelengkapan busana kaum wanita Riau umumnya lebih semarak, meliputi juga kelengkapan kepala. Kelengkapan pada kepala tersebut meliputi, sanggul biasa atau sanggul dua, tusuk sanggul, kembang goyang, sepit rambut, jurai. Untuk bagian dada, badan dan tangan masing-masing dilengkapi dengan kain selempang, sapu tangan kecil dan di pinggang melilit sebuah pending, dan gelang kaki untuk bagian bawah.
Adapun busana yang dikenakan kaum pria Riau adalah baju gunting cina, atau baju pesak sebelah dengan kain sarung atau celana, baju kurung leher tulang belut atau cekak musang dengan celana berikut kain samping dari bahan songket yang digunakan menutupi celana hingga sebatas lutut. Bagian kepala ditutupi dengan peci atau songkok. Pengaruh kebudayaan barat tampak juga pada busana kaum pria, yakni dengan adanya kebiasaan untuk memakai celana dan kemeja yang dilengkapi dengan jas. Cincin dari emas dan perhiasan lainnya biasa dipakai kaum pria Riau terutama pada saat menghadiri pertemuan formal atau perhelatan.
Di kalangan bangsawan atau keturunan raja-raja Riau, kita kenal juga istilah baju teluk belanga. Sesungguhnya busana tersebut bentuknya tidak jauh berbeda dengan baju cekak musang, dalam pemakaian maupun kelengkapan yang dipakai. Akan tetapi baju teluk belanga ini biasa dilengkapi dengan sebilah keris yang diselipkan di pinggang.
Perbedaan busana pengantin Riau daratan dengan Riau kepulauan terletak pada hiasan kepala sebagai mahkota. Hiasan kepala yang dipakai pada upacara perkawinan Riau kepulauan terlihat lebih sederhana dibanding dengan Riau daratan.
Aturan pemakaian keris ini adalah tidak nampak menonjol, hanya bagian hulu yang menyembul dari balik kain. Pada umumnya ketika seorang pria mengenakan baju teluk belanga, bagian kepala dan rambut menggunakan penutup kepala yang disebut tanjak laksmana atau bisa juga bentuk tanjak temenggung dan tanjak menyongsong angin. Perbedaan bentuk ikat kepala tersebut, biasanya disesuaikan dengan kedudukan seseorang dalam masyarakat atau bisa juga bentuk acara yang akan dihadiri.
Dalam sistem kemasyarakatan Riau, kepangkatan atau garis keturunan menjadi dasar pada perbedaan cara berbusana. Meskipun bentuk dan coraknya sama, namun bahan pembuatannya benar-benar berbeda. Kain sutera sangat biasa dijumpai dalam pembuatan busana kaum bangsawan, begitu juga dengan perhiasan. Perbedaannya yakni tambahan mutu manikam atau intan berlian yang dibubuhkan pada perhiasan kaum bangsawan tersebut.
Selain dari segi kualitas yang membedakan kedudukan seseorang dalam masyarakat, orang Riau pun mempunyai ketentuan khusus dalam menggunakan warna. Menurut anggapan mereka warna kuning adalah simbol warna kerajaan oleh sebab itu hanya boleh digunakan oleh orang-orang dari kalangan bangsawan atau keturunan raja-raja Riau. Masyarakat awam atau rakyat kebanyakan tidak diperbolehkan menggunakan warna kuning sebab dianggap tidak beradab. Warna kuning pun dipakai untuk busana pengantin, karena ia mendapat julukan raja sehari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar